free stats

Cara Menggabungkan Meta Ads dengan WhatsApp Marketing


Halo teman-teman,

Kalau kamu perhatikan, makin banyak bisnis yang menambahkan tombol WhatsApp di iklan Meta Ads mereka.
Bukan tanpa alasan — strategi ini terbukti bisa meningkatkan konversi hingga 2–3 kali lipat, terutama untuk bisnis yang butuh interaksi langsung seperti jualan produk, konsultasi, atau jasa.

Di artikel ini, kita akan bahas bagaimana cara menggabungkan Meta Ads dengan WhatsApp Marketing secara efektif, biar iklanmu nggak cuma ramai klik tapi juga ramai closing.


1. Kenapa Harus Integrasi dengan WhatsApp?

Meta (Facebook & Instagram) dan WhatsApp sama-sama dimiliki oleh perusahaan yang sama — artinya, integrasi keduanya berjalan mulus.

Dengan WhatsApp, kamu bisa:

  • Menjawab pertanyaan calon pembeli secara langsung,

  • Membangun kepercayaan dengan komunikasi personal,

  • Dan menindaklanjuti prospek tanpa kehilangan momentum.

Cocok banget untuk bisnis yang masih mengandalkan human touch dalam proses closing.


2. Gunakan Objective “Messages” di Meta Ads

Kalau kamu ingin mengarahkan audiens langsung ke WhatsApp, gunakan campaign objective “Messages.”
Lalu pilih “WhatsApp” sebagai channel utama.

Kamu bisa buat format iklan seperti:

  • Gambar produk + tombol “Kirim Pesan di WhatsApp,”

  • Carousel produk dengan CTA “Chat untuk Cek Promo,”

  • atau video singkat dengan call-to-action langsung ke WhatsApp.

Pastikan pesan pembuka otomatis (auto-reply) kamu sudah siap agar calon pembeli langsung disambut dengan ramah dan jelas.


3. Siapkan Skrip Chat Otomatis

Supaya kamu nggak kewalahan membalas pesan, gunakan fitur auto-reply atau chatbot ringan.
Contohnya:

“Halo! 👋 Terima kasih sudah tertarik dengan produk kami.
Kamu ingin tahu tentang promo terbaru atau ingin langsung konsultasi?”

Skrip seperti ini membantu kamu menyaring calon pelanggan, sekaligus menciptakan pengalaman yang lebih cepat dan profesional.


4. Gunakan WhatsApp Catalog

Banyak pebisnis belum tahu fitur ini, padahal powerful banget.
Dengan WhatsApp Catalog, kamu bisa menampilkan daftar produk, foto, dan harga langsung di chat.

Jadi calon pembeli nggak perlu lagi keluar ke website — cukup buka chat, lihat katalog, dan klik untuk beli.
Ini memperpendek customer journey, dari klik ke transaksi.


5. Retarget Orang yang Sudah Chat

Nah, ini bagian menariknya.
Kamu bisa membuat Custom Audience dari orang yang sudah kirim pesan di WhatsApp (melalui integrasi API atau Facebook Events Manager).

Dengan begitu, kamu bisa menjalankan iklan retargeting khusus untuk orang yang sudah chat tapi belum beli.
Misalnya:

  • Menawarkan bonus atau potongan harga,

  • Mengirim testimoni pelanggan,

  • Atau reminder “Promo segera berakhir!”

Strategi ini sering kali jadi kunci utama untuk meningkatkan closing rate.


6. Kolaborasikan dengan Konten Story & Broadcast

Selain dari iklan, terus jaga komunikasi lewat WhatsApp Story dan Broadcast.
Gunakan untuk:

  • Update promo singkat,

  • Berbagi tips seputar produk,

  • atau mengingatkan webinar dan event kamu.

Konten ringan seperti ini membantu menjaga hubungan dengan pelanggan lama dan prospek hangat.


🎓 Webinar Eksklusif: “Webinar Digital Marketing Tingkat Lanjut”

Kalau kamu ingin belajar langkah demi langkah menggabungkan WhatsApp Marketing dengan Meta Ads agar closing makin banyak,
ikutin webinar eksklusif dari Yoshugi Media berikut

📅 Tanggal: Rabu, 29 November 2025
Waktu: 19.30 WIB
📍 Tempat: Online via Zoom

🔗 Daftar sekarang: https://yoshugimedia.com/webinar-meta-ads


Kalau kamu bisa menggabungkan kekuatan iklan dan komunikasi personal, hasil penjualanmu bakal meningkat signifikan tanpa harus menambah budget besar.
Meta Ads menarik perhatian, dan WhatsApp menutup penjualan — kombinasi yang sempurna.

Kalau kamu belum baca artikel sebelumnya, silakan baca di sini:
➡️ Strategi Remarketing untuk Produk High Ticket

Atau kembali ke halaman utama Yoshugi Media:
🏠 https://yoshugimedia.com

Strategi Remarketing untuk Produk High Ticket


Halo teman-teman,

Kalau kamu sudah bermain di level produk high ticket — seperti kursus premium, layanan konsultasi, atau produk bernilai jutaan rupiah — maka kamu pasti sadar:
orang jarang langsung beli di pertemuan pertama.

Produk dengan harga tinggi butuh waktu, kepercayaan, dan bukti kuat sebelum audiens mau mengeluarkan uang mereka.
Nah, di sinilah remarketing berperan besar. Artikel kali ini akan membahas bagaimana strategi remarketing yang efektif untuk menjual produk high ticket di Meta Ads.


1. Pahami Psikologi Pembeli High Ticket

Pembeli produk mahal tidak impulsif. Mereka butuh:

  • Kepercayaan pada brand dan orang di baliknya,

  • Pembuktian hasil dari pengguna lain,

  • dan rasa aman bahwa uang mereka digunakan untuk sesuatu yang bernilai tinggi.

Jadi, iklan remarketing kamu tidak cukup hanya bilang “diskon terbatas” — tapi harus fokus pada value, trust, dan hasil nyata.


2. Gunakan Funnel Bertingkat

Untuk produk high ticket, pendekatan remarketing-nya harus berlapis dan sabar.
Berikut contoh struktur funnel-nya:

  • Lapisan 1 (Educate): Tampilkan video edukasi atau webinar replay yang menjelaskan manfaat besar produkmu.

  • Lapisan 2 (Build Trust): Tampilkan testimoni dari klien nyata, hasil sebelum-sesudah, atau review dari influencer.

  • Lapisan 3 (Offer Softly): Arahkan ke halaman konsultasi gratis, form pendaftaran, atau call-to-action yang lebih lembut seperti “Pelajari Dulu.”

Tujuannya bukan memaksa orang beli, tapi membangun hubungan dan keyakinan.


3. Optimalkan dengan Konten Video & Story

Video adalah senjata utama untuk remarketing produk high ticket.
Kamu bisa gunakan format seperti:

  • Behind the scenes dari tim atau proses kerja

  • Cuplikan hasil nyata (testimoni visual)

  • Cuplikan webinar edukatif

  • Story personal tentang perjalanan brand

Konten seperti ini lebih “manusiawi” dan membangun emosi serta koneksi — sesuatu yang dibutuhkan pembeli high ticket.


4. Gunakan Call to Action yang Bertahap

Untuk produk jutaan rupiah, CTA seperti “Beli Sekarang” sering terasa terlalu agresif.
Gunakan CTA yang lebih lembut dan berorientasi pada proses, seperti:

  • “Daftar Konsultasi Gratis”

  • “Tonton Webinar Eksklusif”

  • “Pelajari Lebih Lanjut”

  • “Lihat Studi Kasus Kami”

CTA bertahap ini membantu audiens merasa aman untuk lanjut ke langkah berikutnya tanpa tekanan.


5. Bangun Kredibilitas di Setiap Tahap

Produk mahal butuh trust yang dalam. Jadi, pastikan di setiap touchpoint remarketing kamu sudah menyertakan elemen seperti:

  • Logo media atau testimoni publik (social proof),

  • Jumlah pengguna/klien,

  • Review video dari pelanggan,

  • Sertifikasi atau penghargaan.

Semakin kuat bukti yang kamu tampilkan, semakin cepat audiens percaya dan tertarik.


6. Retarget Berdasarkan Interaksi

Gunakan Custom Audience berbasis perilaku:

  • Orang yang menonton 75% video edukasi,

  • Pengunjung halaman pendaftaran webinar,

  • Lead yang sudah isi form tapi belum booking,

  • Audiens yang klik link konsultasi tapi belum lanjut.

Dengan begitu, setiap iklan remarketing kamu bisa dibuat spesifik berdasarkan tahap minat mereka.


🎓 Webinar Eksklusif: “Webinar digital Marketing Tingkat Lanjut”

Buat kamu yang ingin belajar lebih dalam cara menutup penjualan produk mahal tanpa harus hard selling,
jangan lewatkan webinar dari Yoshugi Media ini 👇

📅 Tanggal: Sabtu, 29 November 2025
Waktu: 19.30 WIB
📍 Tempat: Online via Zoom

🔗 Daftar sekarang: https://yoshugimedia.com/webinar-meta-ads


Dengan strategi remarketing yang sabar dan terstruktur, kamu bisa menjual produk bernilai tinggi tanpa harus “mengejar-ngejar” calon pelanggan.
Bangun trust, tampilkan bukti, dan biarkan funnel bekerja untukmu.

Kalau kamu belum baca artikel sebelumnya, silakan baca di sini:
➡️ Studi Kasus Retargeting: Bagaimana Iklan Kecil Bisa Menghasilkan Penjualan Besar

Atau kembali ke halaman utama Yoshugi Media:
🏠 https://yoshugimedia.com

Cara Membangun Funnel Penjualan Otomatis dengan Meta Ads


Halo teman-teman,

Kita sudah sampai di hari ke-7 — saatnya masuk ke tahap paling seru: monetisasi dan strategi jangka panjang.
Selama enam hari sebelumnya, kita sudah bahas bagaimana menarik, membangun hubungan, hingga melakukan retargeting. Nah, kali ini kita akan membahas bagaimana caranya membuat sistem penjualan otomatis (sales funnel) yang terus bekerja bahkan saat kamu tidak sedang online.

Dengan funnel yang rapi, Meta Ads bisa menjadi mesin autopilot yang mengubah audiens baru menjadi pelanggan setia — tanpa harus terus-menerus jualan manual.


1. Apa Itu Funnel Penjualan Otomatis?

Funnel penjualan otomatis adalah alur sistematis yang mengubah orang asing menjadi pembeli setia secara bertahap.
Di dalam Meta Ads, funnel ini bisa kamu bangun melalui kombinasi dari kampanye awareness → consideration → conversion.

Contoh alurnya:

  1. Iklan awareness: memperkenalkan brand (video edukasi, konten storytelling).

  2. Iklan retargeting: menampilkan penawaran, testimoni, atau promo terbatas.

  3. Follow-up otomatis: via WhatsApp, email, atau chatbot untuk menutup penjualan.

Dengan sistem seperti ini, kamu hanya perlu memastikan funnel terus berjalan — tanpa harus jualan manual setiap hari.


2. Rancang Funnel Berdasarkan Customer Journey

Setiap audiens punya tahapan berbeda dalam perjalanan membeli.
Gunakan pendekatan TOFU-MOFU-BOFU (Top, Middle, Bottom of Funnel):

  • TOFU (Top): Edukasi & bangun awareness
    → contoh: video tips, reels edukatif, atau artikel bermanfaat.

  • MOFU (Middle): Bangun kepercayaan
    → contoh: iklan testimoni, behind the scenes, atau penjelasan produk.

  • BOFU (Bottom): Arahkan ke konversi
    → contoh: limited offer, bonus, atau garansi uang kembali.

Tujuan utamanya adalah membawa audiens dari “belum tahu” menjadi “percaya dan siap membeli.”


3. Gunakan Automasi di Setiap Tahap

Agar funnel bisa berjalan otomatis, gunakan fitur dan tools seperti:

  • Meta Pixel: untuk tracking dan membuat Custom Audience.

  • WhatsApp API / Chatbot: follow-up otomatis ke calon pelanggan.

  • Email automation tools: kirimkan edukasi lanjutan atau promo.

  • Dynamic Ads: tampilkan produk berbeda sesuai perilaku audiens.

Semua automasi ini membuat funnel tetap hidup bahkan ketika kamu tidak sedang mengelola iklan secara manual.


4. Optimasi Berdasarkan Data

Funnel otomatis bukan berarti kamu lepas tangan sepenuhnya.
Kamu tetap perlu:

  • Menganalisis data tiap tahap (CTR, Add to Cart, ROAS).

  • Mengecek bottleneck (misalnya banyak add to cart tapi sedikit checkout).

  • Melakukan perbaikan rutin: ubah kreatif, headline, atau penawaran.

Ingat, funnel yang bagus itu hasil dari iterasi dan evaluasi terus-menerus.


5. Uji Coba & Scale Perlahan

Setelah funnel terbentuk dan menghasilkan penjualan stabil:

  1. Duplikasi campaign terbaik dengan budget sedikit lebih tinggi.

  2. Jalankan retargeting ke pelanggan yang pernah beli untuk upsell.

  3. Gunakan Lookalike Audience dari pembeli untuk memperluas pasar.

Dengan langkah ini, funnel kamu bukan cuma otomatis, tapi juga bisa tumbuh eksponensial.


🎓 Webinar Spesial: “Webinar Digital Marketing Tingkat Lanjut”

Buat kamu yang ingin belajar lebih dalam tentang cara membangun funnel autopilot dan mengoptimalkannya dengan Meta Ads, jangan lewatkan webinar eksklusif ini!

📅 Tanggal: Sabtu, 29 November 2025
Waktu: 19.30 WIB
📍 Tempat: Online via Zoom
🔗 Daftar di sini: https://yoshugimedia.com/webinar-meta-ads


Sampai di sini, kamu sudah tahu bagaimana membangun funnel penjualan otomatis dengan Meta Ads — sistem yang bisa bekerja 24 jam tanpa kamu harus standby terus.

Kalau kamu belum baca artikel sebelumnya, silakan baca di sini:
➡️ Studi Kasus Retargeting: Bagaimana Iklan Kecil Bisa Menghasilkan Penjualan Besar

Atau kembali ke halaman utama Yoshugi Media:
➡️ https://yoshugimedia.com

Studi Kasus Retargeting: Bagaimana Iklan Kecil Bisa Menghasilkan Penjualan Besar


Halo teman-teman,

Seringkali kita berpikir kalau untuk mendapatkan hasil besar dari iklan maka budget harus besar. Padahal, banyak kampanye retargeting dengan anggaran relatif kecil yang justru menghasilkan penjualan cukup signifikan — karena strategi dan eksekusinya tepat.
Di artikel kali ini, kita akan melihat bagaimana iklan kecil tapi cerdas bisa jadi pendorong penjualan besar melalui retargeting yang fokus, relevan, dan terukur.


1. Kenapa Iklan Kecil Bisa Efektif

Ada sejumlah faktor yang membuat kampanye retargeting dengan budget kecil bisa sukses:

  • Target audiens sudah “hangat” (sudah pernah interaksi, kunjungi website, add to cart) sehingga relevansi sangat tinggi.

  • Kreatif dan penawaran yang langsung mengena karena memahami hambatan audiens.

  • Frekuensi tayang yang terkontrol sehingga tidak menimbulkan kejenuhan.
    Sebuah artikel menyebut bahwa retargeting sangat efektif karena “menargetkan orang-orang yang telah familiar dengan merek Anda” dan dengan anggaran yang efisien bisa menghasilkan konversi lebih baik.


2. Studi Kasus Singkat

Misalnya sebuah toko online produk fashion kecil yang memiliki banyak pengunjung website tetapi tingkat checkout rendah. Mereka memilih strategi:

  • Buat Custom Audience dari “pengunjung halaman produk” dalam 30 hari terakhir.

  • Jalankan kampanye retargeting dengan budget harian kecil (misalnya Rp100.000) yang hanya menarget audiens tersebut.

  • Gunakan kreatif: testimoni pengguna + diskon terbatas.
    Hasilnya: dalam 2-3 minggu, ada peningkatan konversi lebih dari 30% hanya dengan budget kecil. Proses ini menunjukkan bahwa budget bukan segalanya — targeting + relevansi + timing justru lebih menentukan.

Contoh ini memperkuat bahwa kampanye retargeting yang tepat sasaran bisa “menang” walau anggarannya kecil, jika eksekusi strategi dan data-basenya kuat.


3. Langkah-Langkah Praktis Untuk Iklan Kecil Yang Efektif

  • Identifikasi audiens hangat: pengunjung website, video viewers, yang pernah engage.

  • Gunakan budget kecil dulu untuk uji kreatif dan penawaran, jangan langsung “all-in”.

  • Retarget dengan penawaran yang spesifik: “Anda sudah melihat produk ini — pesan sekarang dengan bonus X”.

  • Ulang evaluasi tiap minggu: lihat apakah budget kecil sudah memberikan hasil yang stabil, dan saatnya scale jika performa bagus.

  • Jangan lupa pakai Pixel atau tracking yang tepat agar setiap interaksi tercatat dan bisa di-retarget lagi.


4. Kunci Keberhasilan Iklan Kecil: Kecepatan, Relevansi & Konsistensi

Walau budget kecil, kecepatan adalah salah satu kunci: segera retarget audiens yang baru melihat atau baru tinggalkan keranjang.
Relevansi tetap nomor satu: pesan harus sangat terkait dengan aktivitas terakhir audiens.
Dan konsistensi: jangan berhenti setelah satu kampanye bagus — jalankan iterasi, update kreatif, evaluasi data terus-menerus.


Ikuti Webinar Retargeting & Lead Nurturing Lengkap

Kalau kamu ingin belajar detail, mendapat panduan langkah demi langkah dan studi kasus nyata tentang retargeting — yuk ikut webinar eksklusif.



🗓️ Tanggal: Sabtu, 29 November 2025
🎯 Topik: Retargeting cerdas, funnel pembelian, lead nurturing
🎁 Fasilitas: Video Recording, Buku Panduan + E-Course senilai total Rp 6.000.000, Voucher Shopee Rp 50.000, E-Certificate
🔗 Daftar di sini: https://yoshugimedia.com/webinar-meta-ads


Artikel Sebelumnya: Retargeting Campaign: Kesalahan Umum yang Harus Dihindari
Kembali ke Home: https://yoshugimedia.com


Iklan kecil tapi cerdas bukan hanya mitos — dengan strategi retargeting yang tepat, anggaran minimal pun bisa menghasilkan penjualan maksimal.
✨ Dengan ini kita telah menyelesaikan seri hari ke-6 retargeting & lead nurturing. Besok kita siap lanjut ke hari ke-7 dengan tema monetisasi & strategi lanjutan!

Retargeting Campaign: Kesalahan Umum yang Harus Dihindari


Halo teman-teman,

Kita sudah membahas berbagai strategi retargeting dan lead-nurturing selama beberapa artikel terakhir. Sekarang, penting juga untuk tahu apa saja yang bisa salah dalam kampanye retargeting di Meta Ads — karena kadang sebuah kesalahan kecil bisa bikin budget iklan jadi bocor atau performa turun drastis.

Nah, di artikel ini kita akan bahas beberapa kesalahan umum yang sering terjadi di kampanye retargeting — dan bagaimana cara kamu bisa menghindarinya supaya campaign tetap efisien dan efektif.


1. Menargetkan Audiens yang Sudah Konversi

Salah satu kesalahan besar: kamu masih menargetkan orang yang sudah beli atau sudah melakukan tindakan konversi penting.
Menurut salah satu sumber, iklan retargeting yang menargetkan pembeli sebelumnya tanpa penyesuaian pesan bisa menurunkan engagement dan mengganggu brand perception. AdRoll+1
Solusinya: selalu gunakan exclude-list atau segmentasi supaya kamu tidak “mengejar” orang yang sudah selesai dengan funnel pembelian mereka.


2. Frekuensi Iklan dan Kreatif yang Tidak Dikontrol

Audiens retargeting biasanya lebih kecil daripada cold audience, sehingga risiko mereka melihat iklanmu berkali-kali dalam waktu singkat sangat besar.
Jika frekuensi terlalu tinggi dan kreatifnya tidak berubah, audiens bisa merasa jenuh — bahkan bisa memunculkan efek negatif.
Sebaiknya:

  • Batasi frekuensi tayangan per orang (misalnya 2-3 kali per minggu).

  • Update kreatif secara berkala agar pesan tetap segar dan relevan.


3. Tidak Memisahkan Pesan Berdasarkan Tingkat Audiens

Retargeting tidak bisa memakai “satu pesan untuk semua”. Audiens yang hanya melihat video berbeda kondisinya dengan yang sudah add to cart tapi belum checkout.
Kesalahan: mengirim pesan yang sama ke kedua kelompok ini → hasilnya kurang relevan dan efisien.
Solusinya: segmentasikan audiens retargeting berdasarkan perilaku mereka, dan berikan pesan yang berbeda sesuai tahap funnel mereka.


4. Menunda Optimasi atau Tidak Memantau Performa

Ada kampanye retargeting yang dibuka, lalu dibiarkan berjalan tanpa evaluasi — “set-and-forget”. Ini adalah blunder yang umum.
Kamu harus aktif memantau:

  • Jika performa turun (CTR, ROAS) → segera cari penyebab.

  • Jika audiensnya kecil dan frekuensi naik otomatis → pertimbangkan untuk memperbarui target atau materi iklan.


5. Maksudnya Baik Tapi Penempatan atau Waktu Salah

Kamu sudah punya audiens yang hangat, kreatif bagus, tapi kemudian menayangkan terus di penempatan atau waktu yang tidak optimal.
Misalnya: menayangkan iklan retargeting pada jam ketika audiensmu jarang online, atau di penempatan yang performanya rendah tanpa evaluasi.
Solusinya: gunakan data dari dashboard Meta Ads untuk lihat penempatan mana dan kapan audiensmu paling aktif — lalu sesuaikan campaign-mu.


Ikuti Webinar Eksklusif untuk Retargeting yang Sukses

Kalau kamu ingin belajar lebih dalam tentang bagaimana membuat kampanye retargeting yang bebas dari kesalahan umum dan benar-benar efektif, mampir ke webinar dari Yoshugi Media!



🗓️ Tanggal: Sabtu, 29 November 2025
🎯 Topik: Retargeting cerdas, funnel pembelian, lead-nurturing
🔗 Daftar di sini: https://yoshugimedia.com/webinar-meta-ads


Artikel Sebelumnya: Cara Retarget Orang yang Sudah ke Website Tapi Belum Checkout
Kembali ke Home: https://yoshugimedia.com


Kesalahan dalam retargeting bukan berarti campaignmu gagal — tapi bila dibiarkan, bisa membuat anggaranmu saling “makan” sendiri atau performa turun tanpa disadari.
Artikel berikutnya akan membahas: “Studi Kasus Retargeting: Bagaimana Iklan Kecil Bisa Menghasilkan Penjualan Besar.”

Cara Retarget Orang yang Sudah ke Website Tapi Belum Checkout


Halo teman-teman,

Banyak dari kita mendapatkan traffic ke website—baik melalui iklan, sosial media, atau SEO—namun yang menjadi tantangan sejati adalah ketika pengunjung tersebut tidak melanjutkan ke tahap checkout.
Dalam istilah pemasaran digital, mereka sudah menunjukkan minat namun belum “mengikat” transaksi. Di sini strategi retargeting yang tepat bisa mengubah mereka dari pengunjung biasa menjadi pembeli.


1. Kenali Audiens “Website Tapi Belum Checkout”

Audiens ini sudah melewati beberapa tahap: mereka sudah mengeklik iklan atau masuk ke website, bahkan mungkin membuka halaman produk. Namun, mereka belum menyelesaikan pembelian.
Karakteristik umumnya:

  • Sudah melihat produk.

  • Mungkin menambahkan ke keranjang tetapi belum checkout.

  • Belum merasakan urgensi yang cukup atau masih ragu akan berbagai faktor (biaya kirim, kepercayaan, waktu).

Karena mereka sudah berada dalam funnel yang hangat, pesan retargeting kamu bisa lebih spesifik dan persuasive daripada kampanye cold audience biasa.


2. Alamatkan Hambatan Mereka ke Checkout

Sebelum kamu menarget ulang audiens ini dengan iklan, penting memahami hambatan yang mungkin mereka hadapi:

  • Biaya pengiriman yang tidak transparan.

  • Informasi produk yang kurang jelas atau testimoni yang minim.

  • Proses checkout yang rumit atau platform yang lambat.

  • Mereka masih menimbang alternatif atau menunggu promo.

Saat kita tahu hambatan, maka pesan iklan bisa dirancang untuk menjawab langsung: “Gratis ongkir untuk checkout hari ini”, “Stok terbatas – pesan sekarang”, atau “Lihat ulasan pengguna sebelum beli”.


3. Langkah Praktis Retargeting untuk Audiens Ini

  • Buat Custom Audience di Meta Ads dari “pengunjung halaman produk atau keranjang” dalam 30–60 hari terakhir.

  • Jalankan campaign retargeting khusus dengan objective Conversions (Checkout).

  • Desain iklan dengan variasi:

    • Testimoni pendek dari pembeli yang puas

    • Penawaran tambahan seperti diskon atau gratis ongkir

    • Call to action yang jelas dan urgensi tertanam

Dengan pendekatan ini, kamu meningkatkan kemungkinan bahwa pengunjung yang hampir beli akan benar-benar membeli.


4. Optimasi Frekuensi & Exclusion

Meski mereka sudah hangat, tetap perlu kontrol agar audiens tidak merasa “di-kejar”:

  • Gunakan fitur Exclude untuk audiens yang sudah checkout agar tidak terkena iklan yang sama.

  • Batasi frekuensi iklan supaya kenyamanan audiens tetap terjaga.

  • Coba format kreatif berbeda agar pesanmu tetap “segar” dan tidak membosankan.


5. Ikuti Webinar Spesial Retargeting & Lead Nurturing

Kalau kamu ingin belajar secara langsung bagaimana mengubah pengunjung website yang belum checkout menjadi pembeli melalui strategi retargeting yang sudah terbukti — ikutlah webinar dari Yoshugi Media!



🗓️ Tanggal: Sabtu, 29 November 2025
🔗 Daftar di sini: https://yoshugimedia.com/webinar-meta-ads


Artikel Sebelumnya: Teknik Broadcast Halus Lewat Konten Story
Kembali ke Home: https://yoshugimedia.com


Retargeting orang yang sudah ke website tapi belum checkout bukan sekadar “follow up”, melainkan kesempatan strategis untuk men-closing deal yang tertunda.
Artikel berikutnya akan membahas: “Retargeting Campaign: Kesalahan Umum yang Harus Dihindari.”

Teknik Broadcast Halus Lewat Konten Story


Halo teman-teman,

Ketika kita bicara retargeting dan nurturing leads, seringkali kita berpikir langsung ke iklan feed atau video panjang. Padahal, salah satu media yang sangat efektif tapi sering diabaikan adalah konten Story — baik di Instagram maupun Facebook.
Konten Story ini punya keunggulan: muncul di garis depan aplikasi, bersifat sementara, dan audiensnya cenderung dalam “modus santai”.
Di artikel ini, kita akan bahas bagaimana teknik broadcast halus lewat konten Story bisa menjadi bagian dari strategi retargeting cerdas — tanpa membuat audiens merasa “dikejar”.


1. Kenapa Konten Story Efektif untuk Nurturing Leads

Konten Story muncul di feed atas aplikasi, durasinya pendek, dan pengguna terbiasa melihatnya sambil scrolling ringan—sehingga peluang perhatian tinggi.
Lebih dari itu:

  • Audiens yang melihat Story sudah biasanya lebih aktif dan terlibat.

  • Dengan format vertikal dan layar penuh, Story bisa tampil lebih “alami” dibanding iklan biasa.
    Karena itu, Story jadi kanal bagus untuk menyampaikan pesan ringan namun tetap strategis dalam funnel retargeting.


2. Langkah-Langkah Membuat Broadcast Story yang Halus dan Efektif

  • Mulailah dengan daftar Custom Audience yang sudah hangat: misalnya orang yang pernah menonton video atau klik iklan sebelumnya.

  • Buat konten Story dengan format “behind the scenes”, “polling ringan”, atau “testimoni singkat”. Ingat: jangan langsung hard-sell.

  • Sisipkan CTA lembut: “Lihat selengkapnya”, “Swipe up untuk voucher”, atau “Apa yang terhambat? Silakan DM”.

  • Pastikan Story disertai penempatan otomatis agar programmatic tayangnya ke audiens yang tepat, bukan ke semua followers.


3. Frekuensi dan Penjadwalan yang Tidak Mengganggu

Karena Story bersifat sementara dan cepat dilihat, penting untuk mengatur frekuensi dengan baik agar audiens tidak merasa bosan atau “dipaksa”:

  • Batasi tayangan kepada satu audiens maksimal 2-3 kali per minggu.

  • Gunakan periode retensi yang relevan—misalnya target orang yang sudah melihat video dalam 30 hari terakhir.

  • Setelah Story utama selesai, jangan langsung ulang konten yang sama ke hari berikutnya; gantilah dengan konten variasi untuk menjaga kesegaran.


4. Integrasi Story dengan Funnel Retargeting

Konten Story bukan unit terpisah. Gunakanlah sebagai bagian dari funnel retargeting:

  • Untuk audiens yang telah melihat video awareness → tampilkan Story dengan polling ringan “Sudah lihat produk kami? Pilih jawaban: Sudah / Belum”.

  • Untuk audiens yang sudah kunjungi website → tampilkan Story testimonial singkat + link ke landing page khusus.

  • Untuk audiens yang sudah add to cart tapi belum checkout → Story dengan voucher eksklusif + tombol “Swipe up” ke checkout.
    Dengan alur yang rapi, Story membantu memperhalus komunikasi dan memindahkan audiens ke tahap pembelian tanpa terasa memaksa.


5. Ingin Menguasai Retargeting dan Nurturing Leads Secara Komprehensif?

Kalau kamu ingin belajar langsung bagaimana teknik broadcast Story dipakai oleh praktisi untuk retargeting dan nurturing leads — ikutlah webinar dari Yoshugi Media!



🗓️ Tanggal: Rabu, 29 November 2025
🎯 Materi mencakup : retargeting cerdas, funnel pembelian, lead nurturing lewat multi-channel
🔗 Daftar di sini: https://yoshugimedia.com/webinar-meta-ads


Artikel Sebelumnya: Kombinasi Meta Ads + Email Marketing untuk Nurturing Leads
Kembali ke Home: https://yoshugimedia.com


Konten Story yang tampil seperti “obrolan ringan” tapi punya strategi di baliknya bisa jadi senjata rahasia kamu dalam retargeting dan nurturing.
Artikel berikutnya akan membahas: “Cara Retarget Orang yang Sudah ke Website Tapi Belum Checkout.”

Kombinasi Meta Ads + Email Marketing untuk Nurturing Leads


Halo teman-teman,

Ketika kamu sudah berhasil menggunakan Meta Ads Manager untuk mengumpulkan leads — melalui iklan video, engagement, ataupun formulir — tantangan selanjutnya adalah: bagaimana mengubah leads tersebut menjadi pelanggan nyata. Di sinilah strategi email marketing bergabung dengan Meta Ads sebagai kombinasi yang sangat kuat.


1. Kenapa Email Marketing Masih Penting untuk Lead Nurturing

Meskipun iklan di Meta bisa menjangkau banyak orang, platform-iklan tetap milik pihak ketiga dan jangkauan organiknya bisa berubah sewaktu-waktu. Sedangkan dengan email, kamu punya akses langsung ke inbox audiensmu — artinya kontrol lebih besar atas proses komunikasi.
Menurut artikel yang membahas integrasi Meta Ads dan email marketing, salah satu manfaat besar adalah: “Automated email sequences help you move leads down the sales funnel until they’re ready to convert.”
Jadi, email bukan pengganti iklan — tapi alat yang memaksimalkan nilai dari lead yang sudah kamu dapat.


2. Langkah Praktis Mensinergikan Meta Ads dengan Email Marketing

  • Gunakan objective Lead Generation di Meta agar audiens mengisi formulir atau landing page dan bergabung ke daftar emailmu.

  • Setelah lead terkumpul, segmentasikan berdasarkan aktivitas mereka: misalnya lead yang hanya “open email pertama”, “klik link”, atau “belum klik”.

  • Susun email sequence (autoresponder) yang mengedukasi, membangun kepercayaan, dan mengajak melakukan tindakan — misalnya webinar, penawaran spesial, atau demo produk.

  • Lakukan retargeting di Meta untuk lead yang belum melakukan tindakan setelah beberapa email — misalnya “lead yang buka email tapi belum klik link” bisa ditembak iklan retargeting.
    Dengan cara ini, funnel nurturing-mu menjadi multi-saluran dan bukan hanya mengandalkan satu titik kontak.


3. Konten Email dan Iklan yang Bisa Kamu Gabungkan

Beberapa ide kombinasi konten:

  • Email 1: “Selamat datang di komunitas kami — ini yang bisa Anda pelajari…”
    Iklan retargeting: Reminder bonus eksklusif untuk lead baru.

  • Email 2: “Studi kasus pelanggan yang sukses” + testimonial.
    Iklan: “Lihat bagaimana klien kami meningkatkan omzet 2× dengan strategi X.”

  • Email 3: “Penawaran terbatas: diskon / free trial”
    Iklan: “Tawaran ingin segera tamat – ambil kesempatan ini.”
    Kombinasi email dan iklan ini menjaga brand-besaranmu tetap di hati audiens, sekaligus men-drive aksi.


4. Tips Mengoptimalkan Nurturing Leads Tanpa Boros Budget

  • Eksklusi dari kampanye iklan untuk lead yang sudah membeli atau sudah lanjut ke tahap berikutnya.

  • Batasi frekuensi dan repetisi di email dan iklan agar audiens tidak merasa “di-kejar”.

  • Gunakan tracking yang jelas: tautkan link di email ke landing page dengan parameter UTM agar bisa dimonitor lewat dashboard Meta atau Google Analytics.

  • Evaluasi metrik seperti open rate, click rate, dan conversion rate di email + CPC, CPA, ROAS di iklan untuk tahu kombinasi mana yang paling efisien.


5. Belajar Lengkap Retargeting & Nurturing dari Praktisi

Kalau kamu ingin mendalami bagaimana membangun sistem lengkap Meta Ads + Email Marketing yang konsisten menghasilkan penjualan, jangan lewatkan webinar kami:



🗓️ Tanggal: Sabtu, 29 November 2025
🎯 Topik: Retargeting cerdas, lead nurturing, funnel pembelian otomatis
🔗 Daftar sekarang di: https://yoshugimedia.com/webinar-meta-ads


Artikel Sebelumnya: Retargeting Video Viewers: Cara Menyentuh Audiens yang Belum Siap Beli
Kembali ke Home: https://yoshugimedia.com


Menggabungkan Meta Ads dengan email marketing bukan sekadar tambal-saja setelah iklan — melainkan membangun jalan panjang dari perhatian menjadi kepercayaan, hingga pembelian.
Artikel berikutnya akan membahas: “Teknik Broadcast Halus Lewat Konten Story”.

Retargeting Video Viewers: Cara Menyentuh Audiens yang Belum Siap Beli


Halo teman-teman,

Kadang kita fokus ke audiens yang sudah klik atau pernah ke website saja, lalu lupa satu kelompok penting: orang yang hanya menonton videomu. Mereka sudah menunjukkan minat karena berhenti dan menonton — tapi belum tentu siap membeli.
Di artikel kali ini, kita akan bahas bagaimana cara menyentuh audiens video-viewers melalui retargeting di Meta Ads Manager agar mereka bergerak dari “hanya menonton” menjadi “membeli”.


1. Kenapa Video Viewers Layak Ditargetkan

Orang yang telah menonton video iklanmu berarti sudah punya pemahaman awal soal brand atau produkmu — mereka warm audience.
Menurut panduan retargeting, strategi untuk video viewers lebih murah dan lebih efektif dibanding menarget cold audience karena mereka sudah punya exposure sebelumnya.
Jadi, jangan sia-siakan mereka.


2. Cara Membuat Custom Audience dari Video Viewers

Di Meta Ads Manager, kamu bisa membuat Custom Audience berdasarkan interaksi video:

  • Pilih source: Engagement → Video.

  • Tentukan durasi: misalnya orang yang menonton ≥ 25 %, 50 %, atau 75 % video.

  • Tentukan rentang waktu retensi: misalnya 30 hari terakhir.

  • Gunakan audience ini sebagai target dalam campaign retargeting.

Dengan begitu, kamu melakukan retargeting bukan ke orang acak, tapi ke orang yang sudah tertarik.


3. Pesan & Kreatif yang Cocok untuk Video Viewers

Untuk audience ini, konten iklan harus bersifat “lanjutan” dari video yang mereka tonton sebelumnya. Beberapa ide:

  • Cerita lebih dalam tentang produk atau manfaatnya (karena mereka sudah tahu brand).

  • Penawaran khusus atau free trial untuk mereka yang sudah menunjukkan ketertarikan.

  • Testimoni pelanggan: “Setelah menonton video kami tadi, inilah yang dirasakan oleh pengguna.”
    Ketika iklanmu terasa sebagai “lanjutan percakapan”, audiens akan lebih tertarik untuk lanjut ke tindakan.


4. Atur Frekuensi & Eksklusi Audiens

Walaupun sudah warm, video viewers bisa jenuh jika terus-menerus ditarget dengan pesan yang sama.

  • Gunakan fitur Exclude untuk audiens yang sudah beli atau sudah melihat iklan retargetingmu sebelumnya.

  • Batasi frekuensi penayangan agar kampanye tidak terasa mengganggu.

  • Gunakan variatif format: jika sebelumnya video, sekarang coba carousel atau single image.
    Dengan kombinasi ini, pesanmu tetap relevan dan tidak terkesan repetitif.


5. Belajar Langsung Strategi Retargeting Video yang Efektif

Kalau kamu ingin belajar bagaimana membuat sistem retargeting video viewers hingga menghasilkan konversi nyata, ikutlah webinar spesial kami:



🗓️ Sabtu, 29 November 2025
🔗 Daftar di sini: https://yoshugimedia.com/webinar-meta-ads


Artikel Sebelumnya: Mengubah Klik Gagal Jadi Peluang Baru Melalui Retargeting
Kembali ke Home: https://yoshugimedia.com

Menargetkan video viewers bukan langkah ekstra — tapi langkah strategis yang sering diabaikan.
Artikel berikutnya akan membahas: “Kombinasi Meta Ads + Email Marketing untuk Nurturing Leads”.

Mengubah Klik Gagal Jadi Peluang Baru Melalui Retargeting


Halo teman-teman,

Jika kamu menjalankan kampanye iklan dan sering melihat banyak klik tapi jarang terjadi pembelian, maka kamu tidak sendiri.
Klik adalah langkah pertama — tapi bukan jaminan pembelian.
Namun kabar baiknya: klik-yang-gagal bisa kamu ubah menjadi peluang lewat strategi retargeting yang tepat.
Di artikel ini, kita akan bahas bagaimana memanfaatkan klik-gagal sebagai bahan untuk retargeting yang efisien dan menghasilkan hasil nyata.


1. Kenapa Klik-Gagal Tidak Harus Dianggap Sia-Sia

Klik yang tidak menghasilkan pembelian bukan seburuk yang kamu kira.
Orang itu sudah tertarik — dia melihat iklanmu, klik, masuk ke situs atau landing page.
Tugasmu sekarang adalah: membantu dia melangkah lebih jauh — dari klik menjadi pembelian.
Ini artinya: kamu punya bahan yang lebih “panas” dibanding audiens yang belum pernah berinteraksi sama sekali.


2. Identifikasi Alasan Klik Tidak Berubah Jadi Pembelian

Sebelum kamu menyiapkan retargeting, penting untuk tahu kenapa klik-gagal terjadi. Beberapa penyebab umum:

  • Landing page tidak relevan dengan pesan iklan.

  • Biaya pengiriman atau checkout terlalu tinggi muncul di akhir.

  • Kepercayaan rendah: ulasan belum banyak atau sertifikasi belum terlihat.

  • Targeting yang terlalu luas: klik banyak, tapi orangnya belum siap beli.
    Dengan memahami penyebab, kamu bisa menyusun retargeting yang benar-benar menjawab hambatan.


3. Langkah Praktis Retargeting Untuk Klik-Gagal

  • Buat Custom Audience yang terdiri dari orang yang klik iklan tapi tidak checkout dalam 7–30 hari terakhir.

  • Tampilkan iklan baru dengan pesan yang berbeda: testimoni, jaminan kepuasan, atau bonus terbatas.

  • Buat penawaran khusus untuk mereka sebagai “peluang kedua”.

  • Jangan biarkan mereka terus melihat iklan yang sama seperti pertama kali. Variasi sangat penting agar tidak jenuh.


4. Optimasi Frekuensi & Penawaran

Audiens klik-gagal sudah punya ketertarikan awal. Tapi jangan over-target mereka.

  • Pantau frekuensi: jika terlalu tinggi >3–4 tayangan per hari, bisa jadi mereka merasa “terganggu”.

  • Uji variasi penawaran: misalnya, “Beli sekarang dan dapat gratis ongkir” atau “Coba dulu dengan diskon 10%”.

  • Evaluasi kembali performa: jika konversi masih rendah, mungkin hambatannya bukan di iklan, tetapi di funnel checkout atau kepercayaan.


Ikuti Webinar Eksklusif Retargeting Pintar

Kalau kamu ingin belajar secara langsung bagaimana membangun sistem retargeting untuk klik-gagal, hingga menjadi pembeli — jangan lewatkan webinar dari Yoshugi Media!



🗓️ Tanggal: Rabu, 29 November 2025
🎯 Topik: Facebook Ads Tingkat Lanjut, Instagram Marketing, Whatsapp Marketing, Marketplace + Study Case.
🔗 Daftar sekarang: https://yoshugimedia.com/webinar-meta-ads


Artikel Sebelumnya: Strategi Konten untuk Retargeting Hangat
Kembali ke Home: https://yoshugimedia.com

Klik yang tidak berujung ke pembelian bukanlah akhir — tapi mulai dari sana adalah kesempatanmu membangun retargeting yang lebih kuat dan menutup peluang yang sempat terlewat.
Artikel berikutnya akan membahas: “Retargeting Video Viewers: Cara Menyentuh Audiens yang Belum Siap Beli.”